2 Tahun Bertahan harus ditembus oleh Omicron

Sudah 2 tahun lamanya sejak awal pandemi COVID-19 muncul di dunia. Selama itulah keluarga saya menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Mulai dari kewajiban mandi setelah bepergian, cuci tangan dan pakai masker ketika harus keluar, dan selalu sedia hand sanitizer. Hal-hal tersebut dimaksudkan agar virus COVID-19 ini bisa kita minimalisir agar tidak masuk ke lingkungan keluarga.

Kami memiliki concern yang cukup tinggi karena selain ada anak-anak, ada anggota yang tidak bisa mendapatkan vaksin karena memiliki komorbid COVID-19. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita mencegah COVID-19 ini masuk ke keluarga. Namun apa daya, setelah 2 tahun berlalu, di awal tahun 2022 ini, tepatnya di bulan Februari, virus ini masuk melalui celah yang tidak kita duga.

Gambar 1 Ilustrasi Virus

Sore itu, kakak saya mengeluhkan badan sakit dan sakit kepala. Saya kemudian antarkan kakak saya ke IGD Rumah Sakit. Sesaat sampai di sana, suster mendatangi saya dan mengatakan bahwa kakak saya positif COVID-19. Hal yang pertama muncul di pikiran saya adalah, bagaimana dengan yang lain di rumah? Apakah semua aman?

Kemudian di hari yang sama saya carikan penginapan sementara untuk isoman, lalu pulanglah saya untuk mengurus keluarga yang dirumah untuk swab antigen. Alhamdulillah, orang yang di rumah masih dilindungi dari virus ini. Lega pikiran saya mendapatkan kabar tersebut.

Mempositifkan Diri

Semenjak isoman, ternyata kondisi kakak saya belum begitu baik. Di hari kedua isoman, dia mengeluhkan sanat lemas dan ingin ke Rumah Sakit. Karena tidak ada yang bisa mengantarkan, maka saya mau tidak mau harus melakukan kontak dengan kakak saya. Singkat cerita akhirnya kakak saya dirawat di Rumah Sakit karena memang sedang drop.

2-3 Hari berlalu sejak saya mengantarkan kakak saya, tiba tiba kepala saya pusing berat, saya belum pernah merasakan se pusing ini sebelumnya. Muncul pikiran apakah saya sudah terpapar? Untuk memastikan, akhirnya saya melakukan test antigen di sebuah klinik. Alhamdulillah ternyata hasil negatif. Pikiran saya kembali tenang untuk beberapa saat.

Sore hari nya, badan saya jadi lemas dan berasa linglung, sebelum menjadi semakin parah akhirnya saya harus ke IGD untuk memastikan. Dokter disana hanya berkata bahwa hari itu saya terlalu dini untuk ke Rumah Sakit, jadi hasil akan negatif, baiknya saya melakukan tes PCR untuk memastikan di esok hari.

7 Februari 2022. Saya melakukan tes PCR, dikarenakan hasilnya memerlukan 1 hari kerja, saya memutuskan untuk karantina di penginapan. Sehari berlalu, dan malam harinya saya mendapat pesan singkat dari Kemenkes RI kalau saya dinyatakan POSITIVE COVID-19. Ya apa mau dikata, kontak dengan pasien positif dan memang varian yang ini lebih menular, vonis tersebut memang sangat masuk akal. Saya harus menerimanya dan menjalankan isoman untuk beberapa hari kedepan.

Semoga yang saya alami bisa menjadi pelajaran bagi orang lain bahwa COVID-19 adalah nyata dan bisa menular lewat mana saja. Sebaiknya kita selalu waspada dan mempersiapkan segala sesuatu (dana darurat), dkk. Karena sepengalaman saya, untuk saat ini, COVID-19 gejala ringan tidak akan dijamin isoman nya. Artinya kita sendiri mencari tempat isoman entah itu di rumah atau di Hotel.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.